Bulan Ramadan mempunyai kesan
tersendiri bagi setiap orang, jika plasback ke nostalgia masa kecil bulan
Ramadan adalah bulan yang ditunggu kedatangannya karena banyak hal yang unik
dan berbeda dilakukan dari bulan-bulan lainnya, dulu sebagai anak merasakan
susahnya bangun saat sahur, agak mengggerutu ketika dibangunkan sahur, makan
sahur sambil agak mengantuk namun orang tua dengan sabar mengajak bangun dan
makan, bahkan makanan sahur sengaja yang berkuah biar mudah makannya, nah
ketika sudah menjadi dewasa dan menjadi orangtua sangat terasa perjuangan sebagai
orangtua yang mencoba membiasakan anak untuk berpuasa ketika masih kecil,
perjuangan ketika membangunkan anak sahur merupakan hal yang cukup sulit namun
menyenangkan, dengan segala rengekan dan gerutu anak-anak ketika dibangunkan
untuk makan sahur dan perjuangan memasak simpel untuk sahur itulah lika liku
ketika makan sahur.
Momen berkesan lainnya adalah momen
ketika dibangunkan sahur oleh beduk keliling “sahur”. “sahur “. Yang dilakukan
oleh anak-anak remaja mesjid yang berkeliling untuk membangunkan sahur karena
dulu tidak ada alarm, lalu ketika sahur suka menyetel radio sambil menemani
bersahur dan ketika waktu imsak tiba maka akan dibunyikan sirene ngiuuung...
dari radio yang menandakan waktu imsak tiba dan harus berhenti makan.
Momen nostalgia yang lain yaitu ketika
momen berbuka puasa selalu menjadi momen yang dinantikan bersama keluarga. Di
Sunda ada istilah ngebuburit atau menunggu beduk magrib, hal tersebut hal yang
sangat menarik biasanya ngabuburit mencari takjil/cemilan yang disukai sambil
keliling-keliling jalan bersama teman, atau terkadang main bersama teman-teman.
Dulu televisi masih banyak yang hitam putih jarang televisi yang berwarna, hp
pun belum ada yang ada telepon rumah, dampak baiknya bagi anak-anak lebih senang
bermain di luar rumah aktivitas yang dilakukan seperti bermain petak umpet,
bermain tali, bermain pecahan genteng atau bermain di kebun dan lainnya supaya
puasa tidak terasa sudah mau beduk kembali. Ketika berbuka puasa orangtua akan
memasak yang disukai anaknya walaupun masak seadanya namun rasa kebersamaan dan
kehangatan yang tercipta saat semua anggota keluarga berkumpul bersama dan
berebut makanan dengan saudara.
Momen menyambut datangnya bulan
Ramadan selalu memberikan kesan mendalam, karena di mesjid suka ada kegiatan
buka puasa bersama dan shalat tarawih, dulu oleh guru PAI suka diberikan tugas
mengisi buku Ramadan yang didalamnya harus diisi kegiatan tadarus Al-Quran, kegiatan
sholat 5 waktu, kegiatan shalat tarawih dan menuliskan isi ceramah ustaz serta meminta
tandatangan pak ustaz setelah selesai tarawih. Oleh karena itu harus pergi
tarawih setiap hari dan tidak lupa meminta bekel buat jajan, karena biasanya suka
banyak orang yang jualan dekat masjid, dulu diakui kalau sholatnya agar bisa
bertemu teman-teman dan bisa jajan serta menuliskan isi ceramah, sekarang dengan
usia semakin dewasa dan sebagai orang tua seharusnya niat shalatnya lebih baik
lagi. Tradisi baik buku Ramadan yang harus diisi anak baiknya dipertahankan,
mungkin bentuknya bisa aplikasi tertentu
tidak harus hardcopi agar anak termotivasi shalat tarawih dan menimba ilmu dari
kultum ustaz.
Bulan Ramadan juga selalu menjadi
momen yang istimewa untuk membaca Al-Quran bersama-sama, baik di rumah atau di
masjid, ada istilah khataman artinya ketika bulan Ramadan berakhir membaca
Al-Quran pun khatam atau selesai sampai juz ke 30. Momen yang tidak kalah
berkesan adalah bulan Ramadan bulan yang “obral pahala” kata ustaz, semua kegiatan yang dilakukan mulai
dari bangun tidur sampai tidur lagi mengandung pahala, termasuk tidur walaupun
jangan kebanyakan apalagi membantu orang-orang yang membutuhkan dengan
memberikan zakat fitrah sebelum hari raya Idul fitri.
Momen yang menarik ketika di sekolah
adalah biasanya waktu sekolah lebih pendek dari jam sekolah biasa sehingga
pulang bisa lebih cepat. Karena berpuasa hawanya mengantuk di kelas namun guru
tidak marah hanya menyuruh untuk ke kamar mandi untuk memcuci muka, ketika
puasa jarang ada tugas atau pr karena ada tugas buku Ramadan yang harus diisi.
Di sekolah ada kegiatan sanlat /pesantren kilat biasanya dilaksanakan sebelum libur
Idul Fitri, anak-anak diberikan wawasan tentang puasa dan lain-lain oleh guru
PAI.
Ketika masih kecil suka menghitung
puasa yang sudah dilakukan di kalender jika sudah selesai satu hari maka
dicoret, dan begitu seterusnya kenapa karena sebelum bulan Ramadan orang tua
akan mengajak kita untuk membeli baju baru untuk dipakai saat idul fitri dan
nanti akan diberikan uang angpao atau amplop karena sudah tamat puasanya, jika
ada yang tidak tamat sampai magrib maka uang amplopnya dikurangi. Nah itulah
memori-memori masa kecil ketika bulan Ramadan simpel namun terkesan sampai saat
ini.
0 komentar:
Posting Komentar