Sabtu, 18 Januari 2025

Deep Learning : Model Pembelajaran (Bagian 2 )

 



            Bergulirnya konsep Deep learning atau pembelajaran mendalam pada saat ini membawa kita selaku pembelajar untuk menggali apa sebenarnya konsep tersebut dan bagaimana aplikasinya untuk pembelajaran PAI. Ada b
uku berjudul Deep learning Engage the world Change the World yang menarik untuk digali dan dibahas serta bisa kita interprestasikan pada pembelajaran mata pelajaran PAI khususnya. Buku ini berbahasa Inggris diterbitkan pada tahun 2018 dan memerlukan ekstra pemahaman dibandingkan buku berbahasa Indonesia, setelah membaca sampai halaman 40 ada beberapa konsep yang menarik yang cukup erat berkaitan dengan pembelajaran abad 21. Konsep yang sebelumnya perbah dipelajari kompetensi yang dicetuskan ada 4C pada pembejaran abad 21, di buku ini ada 6 kompetensi yang dibutuhkan pada era global yaitu karakter, kewarganegaraan, kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemikiran kritis. Pembelajaran mendalam berfokus pada hal-hal yang bermakna secara pribadi dan kolektif dengan cara  mengubah peran siswa, guru, keluarga dan lainnya. Pembelajaran mendalam harapannya memengaruhi seluruh sistem bukan beberapa individu,

Buku ini didasarkan pada model pembelajaran mendalam yang komprehensif dan kemajuan aktualnya di sejumlah besar sekolah negeri di tujuh negara, yang menggunakan teknologi untuk mempercepat pembelajaran yang baik menggunakan perangkat lunak adaptif baru yang murah dapat sangat ampuh untuk menjangkau sejumlah besar pelajar yang kurang beruntung. Buku ini terdiri dari 9 bab dan 317 halaman. Sebelum kita simulkan isi buku tersebut akan kita bahas secara singkat biografi para penulis buku "Deep Learning: Engage the World, Change the World" (2018) karya Michael Fullan, Joanne Quinn, dan Joanne McEachen.

Pertama yaitu Michael Fullan adalah seorang pemikir terkemuka di bidang pendidikan global dan reformasi sekolah, dikenal luas sebagai ahli dalam mengembangkan kebijakan pendidikan dan meningkatkan efektivitas sistem pendidikan. Fullan memiliki latar belakang akademik yang kuat dalam pendidikan, dengan gelar dari University of Toronto. Sebagai mantan dekan Fakultas Pendidikan di University of Toronto, ia fokus pada reformasi pendidikan berbasis bukti. Ia telah menulis banyak buku terkenal tentang perubahan sistem pendidikan, seperti "The Six Secrets of Change" dan "Leadership and Sustainability".

Kedua yaitu Joanne Quinn adalah seorang pemimpin pendidikan internasional dengan keahlian dalam pengembangan sistem pembelajaran berkelanjutan. Fokus utamanya adalah membangun kapasitas individu dan organisasi dalam sistem pendidikan. Seorang praktisi pendidikan yaitu sebagai kepala sekolah dan konsultan pengembangan organisasi. Kolaborasi dengan Michael Fullan: Joanne sering bekerja bersama Fullan untuk mengembangkan pendekatan strategis dalam pembelajaran mendalam (deep learning). Ketiga yaitu Joanne McEachen adalah seorang pemimpin dan inovator dalam bidang pendidikan, khususnya di area pembelajaran berbasis nilai dan dampak sosial. Berasal dari Selandia Baru, dan membawa perspektif unik dari pengalamannya sebagai pendidik dan advokat global. Dikenal karena pendekatan holistiknya terhadap pendidikan yang mengintegrasikan pengembangan akademik, sosial, dan emosional siswa. Sebagai salah satu pendiri The Learner First, ia fokus pada menciptakan pembelajaran yang bermakna dan transformatif bagi siswa.

Buku ini menekankan pentingnya pembelajaran mendalam (deep learning) dalam menciptakan dampak nyata di dunia. Ada enam kompetensi global yang diperlukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad ke-21: karakter, komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreativitas, dan kewarganegaraan global. Buku ini dirancang untuk membantu para pendidik, pemimpin, dan siswa memaksimalkan potensi mereka dalam menciptakan perubahan positif.

Konsep Deep learning Deep Learning : 1.Increases self and others’ expectations for more learning and achievement by providing a process, 2. Increases student engagement in the learning through personalization and ownership, 3. Connects students to the “real world,” which is often more reflective of their own reality and cultural identity, which can be particularly important for students from other cultures, 4. Resonates with spiritual values that link to vast numbers of the population whether secular or religious, 5. Builds skills, knowledge, self-confidence, and self-efficacy through inquiry, 6. Builds new relationships with and between the learner, their family, their communities, and their teachers, 7. Deepens human desire to connect with others to do good.

 Pembelajaran Mendalam yaitu 1. Meningkatkan ekspektasi diri sendiri dan orang lain untuk lebih banyak pembelajaran dan pencapaian dengan menyediakan suatu proses, 2. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran melalui personalisasi dan kepemilikan, 3. Menghubungkan siswa dengan "dunia nyata", yang sering kali lebih mencerminkan realitas dan identitas budaya mereka sendiri, yang dapat menjadi sangat penting bagi siswa dari budaya lain, 4. Menggemakan siswa dengan nilai-nilai spiritual yang terkait dengan masyarakat baik sekuler maupun religius, 5. Membangun keterampilan, pengetahuan, kepercayaan diri, dan kemanjuran diri melalui penemuan, 6. Membangun hubungan baru dengan dan di antara pelajar, keluarga mereka,komunitas mereka, dan guru mereka, 7. Memperdalam keinginan manusia untuk terhubung dengan orang lain untuk berbuat baik

Saran Roosegaarde dalam buku ini tentang cara menumbuhkan lingkungan belajar bagi anak-anak yaitu :

1. Menciptakan pembelajaran yang didorong oleh rasa ingin tahu, yang menempatkan mereka sebagai pembentuk masa depan dengan mengerjakan projek nyata yang relevan bagi diri mereka sendiri dan dunia.

2. Mengajari siswa untuk menjadi perancang masalah, sehingg a mereka berfikir dalam hal pendapat tentang "apa adanya" menjadi berpikir dan berpendapat tentang "apa yang mungkin terjadi."

3. Mengajukan masalah yang dapat melibatkan anak-anak, bukan hanya diminta untuk memecahkannya, namun berikan kesempatan untuk menemukan solusi atas ambiguitas baru, bukan hanya menemukan jawaban atas masalah yang telah terjawab.

4. Mendorong kehidupan sebagai pembelajar yang konstan/terus menerus, di mana pembelajaran adalah tentang mengambil risiko dan merupakan usaha seumur hidup.

5. Percaya bahwa anak-anak akan melampaui semua harapan kita, ketika kita mengajari mereka untuk tidak takut (terhadap hal yang tidak diketahui) tetapi lebih kepada rasa ingin tahu.

6. Kenali bahwa inovasi dan kreativitas sudah ada dalam DNA setiap manusia.

Berdasarkan konsep di atas ada beberapa benang merah yang sebenarnya sudah kita laksanakan dalam pembelajaran PAI sehari-hari, namun ada beberapa hal yang harus ditekankan aplikasinya terutama dalam peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran harus menjadi patokan dalam pencapaian proses pembelajaran yang akan memberi kita arahan agar fokus dalam memberikan materi, eksplor metode dan media pembelajaran juga penilaian terhadap siswa. Yang harus ditekankan adalah siswa yang harus belajar sehingga yang harus aktif bertanya, mencari, berdiskusi, presentasi, mengerjakan proyek adalah mereka, dan jangan lupa kaitkan dengan kemanfaatan yang akan siswa dapatkan saat ini dan kedepannya dengan mempelajari dan mengamalkan materi kepaian. Minimal ketika mereka paham tujuan mempelajari materi dan praktik kepaian motivasi dan niat mengamalkan akan terus menyala dan dilaksanakan.


Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar