Implementasi
Kurikulum 2013 dalam RPP PAI
Untuk menciptakan kualitas proses dan hasil
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang maksimal, maka guru PAI harus
mempunyai perencanaan yang baik dalam hal administrasi pembelajaran, materi
pembelajaran, media pembelajaran, metode pembelajaran dan dokumen perencanaan
mengajar lainnya.
Dengan adanya implementasi Kurikulum 2013 di sekolah
pada setiap jenjang, setiap guru dituntut terampil dalam membuat RPP pada
setiap semester selama 1 tahun pelajaran, sehingga RPP yang dibuat dapat
dijadikan pedoman dalam pembelajaran di kelas. Suatu proses pembelajaran
dikatakan berhasil jika anatar RPP dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sesuai dari mulai kegiatan awal sampai kegiatan akhir yaitu penilaian.
Namun berdasarkan hasil observasi kegiatan supervisi
akademik perencanaan pembelajaran ataupun ketika pendampingan Kurikulum 2013
pada guru PAI SMP, melalui telaah RPP dan pengamatan pembelajaran di kelas
sekitar bulan September sampai Oktober, sebagian besar guru PAI SMP dalam membuat
RPP masih copi paste dari MGMP PAI SMP atau[pu down load dari google tanpa
adanya koreksi ulang disesuaikan dengan kondisi kelas, sekolah, kemampuan anak,
sarana dan prasarana pendukung serta kompetensi guru dalam memahami metode
pembelajaran kurikulum 2013.
Yang
pertama dalam penulisan indikator pembelajaran, dalam pelajaran PAI ada 4
Kompetensi Dasar yang harus diisi dan indikatornya disesuaikan dengan kata
kerja operasional jika kompetensi spiritual dan social memakai KKO afektif,
kompetensi pengetahuan menggunakan KKO kognitif, kompetensi keterampilan
menggunakan KKO psikomotorik, realitanya guru PAI masih banyak yang belum
metulis KKO kompetensi spiritual dan social, indicator pengetahuan belum
mencerminkan HOTS kebanyakan masih menulis KKO C1 atau C2 untuk C3,C4 bahkan C5
dan C6 masih jarang.
Kedua
dalam merumuskan tujuan pembelajaran belum menuliskan per pertemuan
pembelajaran, belum sesuai komponen
ABCD, padahal akan berakibat guru tidak mempunyai batasan dalam hal apa yang
akan dipelajari pada tiap pertemuannya sehingga pada proses atau hasil
pembelajaran tidak bisa dievaluasi ketercapaian setiap indikator pembelajaran
per kompetensi dasarnya. Selain itu juga guru tidak bisa merancang kegiatan
inti seperti apa yang akan dilaksanakan baik dari segi cakupan materi, metode
pembelajaran, media pembelajaran, penilaian pembelajaran jika rumusan tujuan
pembelajarannya tidak sesuai.
Ketiga
dalam kegiatan inti masih kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran per
pertemuan, dalam contoh RPP yang sudah ada semua kegiatan anak dituliskan
idealnya guru membaca ulang RPPnya dan memilah mana yang sesuai dengan
pembelajarannya, boleh ditandai atau didelete pembelajarn yang tidak sesuai,
apalagi jika menuliskan sarana dan prasarana IT padahal di kelas tidak dipakai.
Hal tersebut seperti hal yang tidak urgen tetapi ketika ada supervise kunjungan
kelas atau supervise kinerja guru hal tersebut merupakan hal yang fatal
dilakukan.
Keempat
penilaian, dalam kurikulum 2013 guru dituntut melaksanakan semua jenis
penilaian terutama guru PAI, jika di RPP dituliskan semua penilaian tetapi
realitanya tidak dilaksanakan, akan lebih baik jika guru merencanakan
sebelumnya penilaian apa saja yang akan dilaksanakan yang dapat memudahkan guru
dan tidak meribetkan anak Karen terlalu banyak menutut tugas, untuk penilaian
spiritual dan social guru dapat memakai penilaian jurnal atau jika waktunya
longgar bisa memakai penilaian antar teman atau pribadi, tetapi menurut penulis
yang lebih simple adalah jurnal. Untuk penilaian kognitif guru dapat menuliskan
penilaian lisan atau tugas saja, untuk tulisan bisa 1 bab atau 2 bab disatukan,
untuk keterampilan bisa tes baca Al Quran,hapalan surat/ ayat, praktek ibadah
atau presentasi anak kedepan. Idealnya 1 bab selesai guru mempunyai 4 penilaian
cukup satu nilai saja atau beberapa nilai untuk pengetahuan.
Disini peran pengawas untuk
meningkatkan tujuan pengawasan melalui penggunaan berbagai pendekatan dan
strategi pada guru yang berbeda. Guru sebagai pelajar dewasa memiliki perbedaan
latar belakang dan pengalaman, kemampuan yang berbeda dalam pemikiran abstrak,
dan berbagai tingkat kepedulian terhadap orang lain (Wiles
dan Bondi, 1996;
Glickman dkk.
, 1998
; Beach dan Reinhartz, 2000) .
Agar
pengawas efektif dalam menjalankan peran mereka, Pengawas harus mencoba untuk
mempraktekkan suatu desain kepengawasan yang sesuai kebutuhan dan karakteristik
guru, pengawas harus mampu memilih dan mencocokkan pendekatan yang sesuai
kebutuhan sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam hal yang
mereka ingin tingkatkan. Membuat pilihan yang tepat dalam pendekatan pengawasan
untuk memenuhi kebutuhan guru tidak mudah tetapi keputusan dapat dibuat dengan
mempertimbangkan gaya yang berbeda dalam pengawasan (Sergiovanni dan
Starratt, 2006)
.
Pengawasan akademik yang dilakukan oleh Pengawas PAI
dapat dilakukan melalui kegiatan mentoring yaitu model
pembelajaran yang menekankan kepada bentuk pendampingan (mentoring) terhadap
guru yang mengalami kekurangan dalam pembelajaran. Kelebihan model ini adalah
membantu guru dalam mengatasi setiap kelemahan yang dihadapi selama ini karena
pengawas tidak lagi memposisikan diri sebagai seseorang yang harus disegani,
bersifat kaku dan mencari kesalah namun bertindak sebagai seorang mitra dan
pemberi bantuan dalam proses supervisi. Sehingga guru dengan leluasa
mengemukakan pendapat dan meminta masukan terhadap masalah yang selama ini
dihadapi. Melalui tehnik ini diharapkan tujuan kepengawasan dapat tercapai.
Penulis
Yuni Asdhiani M. Pd, Pengawas PAI SMP Kemenag Kab. Bekasi
0 komentar:
Posting Komentar