Ada kalanya ketika
kita menyesali suatu keputusan yang diambil karena berdamfak a atau b, dan hal
tersebut mengganggu dengan rasa penyesalan yang ada sehingga ada rasa gerutu
dalam hati dan pikiran kemudian terlontarkan kata yang kurang enak pada
pasangan, teman atau kerabat karena asa kita, diketahui itu tidak baik namun
hati, pikiran dan kata susah untuk dikontrol itulah tandanya rasa tawakal dan
ikhlas masih jauh dalam amal.
Hidup itu pilihan, manusia
akan dihadapkan dengan beberapa pilihan dalam memutuskan sesuatu apakah jalan
a, b atau c. Dengan dikaruniakan akal pikiran akan mampu menimbang-nimbang
apakah yang dibutuhkan a, atau yang urgen b, atau baiknya yang c, terkadang
kita meminta pendapat pasangan, teman atau kerabat untuk membantu dalam memberikan
pertimbangan walaupun keputusan akhir
tetap ditangan kita.
Baiknya, selalu insan
beragama selain pertimbangan akal pikiran harus dibarengi oleh pertimbangan
wahyu atau keyakinan sebagai penguat agar diniatkan semua keputusan yang
diambil atau pilihan yang dipilih tidak ada rasa sesal berkepanjangan jika
tidak sesuai apa yang direncanakan atau diinginkan sesudahnya, karena kita
niatkan bismilah untuk kebaikan dalam persepsi kita bisa jadi dalam “persepsi
yang berbeda menurut Tuhan”, nah hal tersebut harus diantisipasi agar rasa
tawakal dan ikhlas bersemi di hati, jiwa dan kata.
Setiap diri membawa
kisah masing-masing, setelah keputusan diambil ada yang baik tindak
lanjutnya/hasilnya walaupun bisa a atau b, atau bisa jadi malah kurang baik
hasilnya, it is fine tidak apa-apa setiap kejadikan mari kita jadikan ibroh
hasanah, pelajaran yang berharga bagi diri untuk bertumbuhkembang menjadi
insan, pribadi, hamba yang lebih baik, menyesal boleh sedikit namun jangan
menjadi penyakit hati, jadikan pelajaran saja.
Cerita yang berharga
dan bermakna yang datang dari diri ataupun orang lain akan dijadikan ibroh hasanah, jika
kita mampu menyelami hikmah yang terkandung di dalamnya dan harus yakin dengan
janji Allah “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang merubahnya" (QS. Ar-Ra'd [13]: 11). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak akan
mengubah nasib atau keadaan suatu kaum secara tiba-tiba, melainkan harus
dilakukan oleh kaum itu sendiri. Artinya, perubahan harus datang dari usaha dan
upaya yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini
mengajarkan bahwa kesuksesan atau kegagalan bergantung pada usaha dan tindakan
yang mereka lakukan, bukan hanya bergantung pada kehendak Allah semata. Oleh
karena itu, manusia harus berusaha untuk merubah nasibnya sendiri dengan
melakukan tindakan yang positif dan produktif, serta menghindari perilaku yang
merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Jalinlah cerita yang
baik buat diri dan sekeliling kita, bisa jadi cerita tersebut biasa buat kita
namun mengispirasi buat orang lain dan sebaliknya, contohnya motor roda tiga
scoopy merah hitam yang ada di foto, bagi orang lain mungkin jadi pertanyaan
kenapa membeli motor roda tiga, buat apa?, namun bagi yang mengetahui cerita di
balik motor roda tiga dan alasan kenapa memilikinya mungkin akan mengispirasi,
motor roda tiga tersebut sebagai simbol bahwa apapun rintangan atau cobaan yang
menimpa seseorang dengan segala keterbatasan yang ada akan dicoba dilalui
dengan usaha a atau b bahkan c semampunya dengan meminta ijin pada pemilik
semua Alam untuk dimudahkan dalam menjalani keputusan yang dipilihnya walaupun
terkadang ada asa yang berkecamuk, namun dengan niat bismilah insyaallah semua
bisa dijalani dan dilalui.
0 komentar:
Posting Komentar